JURNALISTIK FOTO dan FOTO JURNALISTIK
Apa itu foto jurnalistik? Foto jurnalistik adalah gambar dan kata, demikian menurut Wilson Hicks
Jika jurnalistik foto ( Photo Journalism) ialah pengetahuan jurnalistik yang obyeknya fotografi, maka Foto Jurnalistik adalah hasilnya, yaitu foto yang mengandung nilai jurnalistik; jadi picturing in the news atau berita yang dinyatakan dengan gambar yang dibuat secara fotografis. Singkatnya, foto yang mengandung berita. Sudah tentu foto yang dimaksud, harus memenuhi syarat-syarat jurnalistik pada umumnya.
Beberapa istilah tentang jurnalistik gambar yaitu : pictorial journalism, picture journalism, illustrated journalism ( mencakup lukisan, karikatur, sketsa, diagram, serta peta) dan photo journalism ( khusus untuk gambar-gambar yang dibuat dengan menggunakan kamera fotografi). Seperti halnya media visual pada umumnya yang mempunyai pengaruh, antara lain:
– Menguasai perhatian
– Mengekalkan daya ingat
– Membantu membentuk ingatan kembali
– Mempermudah tulisan yang abstrak
– Menghidupkan semangat
– Lebih meyakinkan /dipercaya
maka foto jurnalistik pun demikian pula.
Dibandingkan dengan tulisan atau teks, foto jurnalistik memerlihatkan kelebihan-kelebihannya antara lain:
- Mengabadikan peristiwa secara visual, yaitu kemungkinan tidak akan terulang kembali.
- Sangat cepat memengaruhi masyarakat, karena mudah menyentuh perasaan dan rasa kesadaran manusia.
- Mudah dipahami dan dimengerti secara umum karena peristiwa tergambar denagn sendirinya, tanpa dibentuk dengan seni perkataan.
- Membentuk imajinasi dan pengertian yang secara umum melampaui batas-batas bahasa, usia, pendidikan, tingkat sosial, dan sebagainya.
Sejarah foto jurnalistik
Ketika manusia-manusia purba yang tinggal di gua-gua Altamira Spanyol atau Cromagnon Perancis melukiskan gambar-gambar hewan buruan mereka pada dinding – dinding gua, pada dasarnya nenek moyang kita telah meletakkan dasar bagi jurnalistik foto dalam bentuknya yang paling awal. Dengan gambar-gambar pada dinding itu mereka, disadari atau tidak, telah dapat mengadakan komunikasi secara tidak langsung antara manusia yang hidup beribu-ribu tahun yang lalu dengan manusia generasi sesudahnya yaitu manusia sekarang dan manusia yang akan datang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa jurnalistik telah diawali dengan gambar-gambar sebelum sampai kepada dunia tulis menulis.
Agaknya telah disadari pula oleh nenek moyang kita, bahwa gambar-gambar atau tulisan-tulisan yang mengandung pesan (message) yang diukirkan pada dinding gua atau gunung itu tidak dapat dipindah-pindahkan, dibawa pergi bersamaam dengan kepindahan mereka dari satu tempat ke tempat yang lain. Timbullah pada pikiran mereka untuk mencari media lain agar pesan-pesan itu dengan mudah dapat dibawa, dipindahkan tempatnya dan mudah pula untuk menyimpannya.
Lebih dari 5000 tahun yang lalu, media yang dimaksud untuk menggantikan batu itu pun telah mulai dikenal dan dibuat orang di kerajaan Mesir Kuno, di pinggiran Sungai Nil tumbuh subur tanaman rawa cyprus papyrus. Dari batangnya, dibuat bahan semacam kertas yang mudah ditulisi. Benda semacam kertas itu kemudian dikenal dengan papyrus. Namun, kertas yang seperti kita kenal sekarang ini, baru dapat dibuat kira-kira 1800 tahun yang lalu di Tiongkok. Dengan ditemukannya kertas itu, maka media buku mulai dikenal orang sejak itu. Buku-buku yang ditulis dengan tangan dihiasi pula dengan gambar sehingga fungsi gambar pun menjadi berubah. Gambar tidak lagi menjadi media pembawa pesan melainkan sebagai penghias buku. Gambar sebagai ilustrasi tersebut terutama ditemui pada buku buku yang bersifat keagamaan.
Proses pembuatannya dengan cara ukiran atau cukilan kayu [wood cut] yang kemudian dicetakkan di atas kertas. Cara seperti ini, berlangsung sampai beratus-ratus tahun sebelum alat cetak tangan atau hand press ditemukan di Eropa. Gambar pertama yang dibuat dalam bentuk jurnalistik modern dibuat tahun 1607, yang menggambarkan keadaan banjir di Mammouthshire ( sebuah daerah di Inggris). Gambar tersebut dimuat dengan cara cukilan kayu. Dalam tahun 1663 Holandsche Mercurius memuat gambar penobatan Raja Inggris, Cromwell. Sementara itu di Amerika Serikat dalam tahun 1707 sudah dijumpai adanya surat kabar yang memuat gambar- gambar yaitu Boston News Letters. Pada tahun 1754 surat kabar Gazettle memuat gambar yang dibuat oleh Benyamin Franklin. Seperti halnya di Eropa, maka gambar-gambar yang dimuat di Amerika Serikat pun dibuat dengan cukilan kayu.
Sejarah penggunaan gambar dalam jurnalistik dengan cara gambar tangan dan cukilan kayu akhirnya mengalami perubahan dengan ditemukannya kamera foto. Dalam tahun 1832 Penny Magazine mencoba untuk pertama kali gambar yang dibuat secara fotografis. Namun majalah yang benar-benar bergambar baru muncul sepuluh tahun kemudian yaitu pada tahun 1842 dari The Illustrated London News.
Pengaruh Foto Jurnalistik
Dapat dibayangkan bagaimana wajah surat kabar (terutama halaman depan/front page) tanpa dipasang sebuah foto atau gambar, rupanya akan pucat pasi bagai seorang gadis yang sedang mengidap penyakit berat. Tidak memiliki daya tarik sedikitpun. Suratkabar yang demikian tentulah tidak akan dibaca orang. Sebaliknya surat kabar atau majalah yang penuh dengann foto-foto atau gambar-gambar segera akan menarik perhatian dan mengundang pembaca.
Pemuatan foto dalam surat kabar dan majalah juga menimbulkan efek perbaikan sosial. Contoh, pada suatu waktu Suara Merdeka, koran di Jawa Tengah,memuat foto pengamen dan pengemis anak-anak yang berkeliaran di lampu merah. Dengan pemuatan foto tadi masyarakat mengetahui pemberitaan mereka dan tergerak untu k ikut mengatasi masalah anak jalanan.
Fungsi foto dalam jurnalistik
Fungsi foto dalam jurnalistik sama halnya dengan fungsi headlines yaitu :
- Menarik perhatian pembaca ( it captures the reader’s attention)
- Menyatakan isinya ( It tell the story)
- Memberi mutu pada berita ( it grades the news)
- Membantu membuat berita lebih menarik ( it helps make the news attractive)
Disamping itu karena foto merupakan bentuk komunikasi visual, maka secara langsung foto dapat menyentuh perasaan bagi mereka yang melihatnya, sehingga mempercepat terbentuknya pendapat umum.
Kedudukan foto dalam jurnalistik
- Foto sebagai pelengkap berita/teks
Di sini kedudukan foto adalah sekunder, sedangkan tulisan atau teks beritanya primer. Kedudukan foto hanya sebagai pelengkap atau ikustrasi saja, misalnya foto dari si penulis artikel atau foto dari orang yang diberitakan. Jadi, bukan foto mengenai kejadian itu sendiri. Seandainya foto tersebut tidak dimuat, tidak akan mengurangi arti pentingnya bahkan daya tarik berita itu sendiri.
- Foto berbicara dengan sendirinya
Di sini kedudukan foto adalah primer, sehingga tanpa tulisan/ teks pun foto sudah dapat dimengerti. Foto demikian pada umumnya kita temui pada jenis human interest.
- Foto dilengkapi teks
Di sini kedudukan tulisan sejajar dengan foto, jadi saling melengkapi satu sama lain. Tanpa tulisan apa pun foto tidak dapat dimengerti dan sebaliknya tanpa foto, berita itu kurang berarti dan terasa tidak lengkap.
Bentuk-bentuk foto jurnalistik
Kriteria
Setiap bentuk foto, baik pictorial maupun foto jurnalistik, harus mempunyai :
- Thema, yaitu apa yang ingin diungkapkan, diberitakan, atau ditonjolkan dalam foto tersebut.
- Pengutaraan yaitu bagaimana mengemukakan thema tersebut dalam bentuk visual. Cara pengutaraan thema erat sekali hubungannya denganrasa seni dan teknis fotografi.
Klasifikasi Foto Jurnalistik
- Foto berita ( news photo)
- Foto olah raga (spot news)
- Foto kemasyarakatan ( human interets photo)
Unsur-unsur foto berita:
Sebuah foto berita yang baik, harus mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
- Memiliki daya tarik visual atau menarik perhatian ( eye catching)
- Arti atau isi (meaning)
- Daya tarik emosional ( impact)
- Aktual (timely)
- Luar biasa (axtra ordinary)
- Menyangkut kehidupan manusia pribadi /kemasyarakatan.
Klasifikasi foto berita
- Berita langsung (straight news) yang dipentingkan adalah aktualitas peristiwanya.
- Feature yang dipentingkan adalah ide, objek dan latar belakang. Unsur aktualitas tidak terlalui diperhitungkan.
Penggolongan feature
- Historical feature
- Bibliographical feature
- Travel feature
- How to do feature
- Scientific feature
Foto olah raga
Pesan yang terkandung di dalam gambar adalah berita olah raga, dengan unsur kemanusiaan dan estetika
Foto kemasyarakatan
Penyajiannya berunsur kemanusiaan yang kuat, berupa peristiwa sehari-hari atau yang jarang terjadi, tetapi mempunyai karakteristik yangluar biasa, yang menyangkut kemanusiaan dan estetika.
Foto jenis ini dapat dirinci menjadi :
- Mystery and suspence ( penuh rahasia)
- Beauty (keindahan )
- Private affairs (peristiwa pribadi)
- Names ( nama-nama)
- Animal, bird and fish ( binatang, burung dan ikan)
- Place ( tempat)
Kategori Foto Jurnalistik versi World Press Photo
World Press Photo yang bermarkasn di Amsterdam memecah beberapa kategori dalam foto jurnalistik yaitu :
– Foto berita spot ( spot news)
– Foto berita umum (general news)
– Foto berita alam dan lingkungan ( nature and environtment)
– Foto berita potret (people in the news)
– Foto berita iptek ( science and technology)
– Foto berita keseharian ( daily life)
– Foto berita seni dan budaya ( arts)
– Foto berita olah raga (sport)
Metode Edfat
Edfat adalah suatu metode pemotretanuntuk melatih optis melihat sesuatu dengan detil yang tajam. Metode ini dikembangkan oleh ‘’Walter Cronkite School of Journalism Telecommunication Arizona State Unirversity ‘’
Tahapan –tahapan yang dilakukan pada unsur metode ini adalah suatu proses dalam mengincar suatu bentuk visual atas peristiwa bernilai berita
-E (established shoot )memotret secara keseluruhan begitu menemui suatu peristiwa atau saat penugasan
-D (detail)pilihan bagian tertentu dari keseluruhan pandangan sebelumnya . Pilihan pengambilan putusan akan sebuah ‘point of interest’.
-F (frame)suatu tahap dimana fotografer membingkai suatu detail yang telah dipilih. Yang berperan pada tahap ini adalah arti komposisi pola tekstur dan bentuk obyek dengan akurat.
-A(angel) disini sudut pandang menjadi dominant. Ketinggian ,kerendahan ,level mata,kiri,kanan dan cara melihat .Fase ini penting untuk mengkonsipkan visual apa yang diinginkan
-T(time) tahap pentuan penyinaran dengan kombinasi yang tepat antara difragma dan kecepatan atas keempat fase sebelumnya.
Yth. Pak Tri Nugroho Adi, Tks atas tulisan fotografi-nya, semoga Tuhan Yang Maha Kuasa…membalasnya….Aaamiin.
M. Kusman Burhan said this on 16 April 2014 pada 20:56 |
Sama-sama pak,….terimakasih juga atas doanya…semoga bermanfaat bagi semua Amin…
Tri Nugroho Adi said this on 18 April 2014 pada 18:56 |
Ijin copas .. sbg referensi dan pengetahuan… sangat bermanfaat.. trims
Lucky B Pangau said this on 2 Januari 2017 pada 21:49 |
Makasih infonya, bisa jadi bahan buat belajar dan suka banget motret jadi bisa jadi referensi buat nyari objek
Kusuma said this on 25 Mei 2018 pada 21:13 |