WANITA DAN DETEKSI DINI KANKER SERVIKS (Studi Korelasi antara Sikap dan Norma Subjektif dengan Intensi Wanita Dewasa dalam Pemeriksaan Deteksi Dini Kanker Serviks)

Tri Nugroho Adi

Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Jenderal Soedirman

 ABSTRAK

This study aims to prove the theory of intentions or “theory of planned behavior” as proposed by Fishbein and Ajzen (1975; 1988; 1991) in the context of individual health behaviors early detection of cervical cancer among adult women in Banyumas. Samples taken in Quota Sampling included 339 adult women aged 30-50 who is domiciled in the District of Purwokerto Barat, Purwokerto Utara, Purwokerto Selatan and District of Subang. Data were collected by questionnaire and analyzed using multiple regression analysis methods. The results found: the intention to conduct early detection of cervical cancer among respondents tend to be high. Two predictors of the attitude and subjective norm jointly influence variable intentions examination proved early detection of cervical cancer, where 62.5% rise and fall of intentions can be explained by the theory of this intention, while 37.5% influenced by other variables that are not described in this theory. Variable theory of subjective norm is greater than the internal variables that influence attitudes in determining the intention of cervical cancer early detection examination. The results of this study carry implications for models of early detection of cervical cancer campaign, the next model to consider the environmental awareness promotion activities through the people closest to (significant others). Program awareness campaign directed at the formation of the implications of potential losses that occur when the mother’s family / wife go cervical cancer. Immediate environment is thus conditioned to appreciate the dangers that happen so it will always remind the mother / wife to immediately conduct early detection of cervical.

____________________

Keywords : intentions, attitudes, subjective norms, early detection of cervical cancer

1. Pendahuluan

Sebuah laporan WHO sebagaimana dikutip dalam www.indosiar.com menyebutkan bahwa di dunia, seorang wanita meninggal setiap dua menit akibat kanker serviks.  Secara keseluruhan, kanker serviks merupakan kanker mematikan nomor dua di dunia pada wanita berusia di bawah 45 tahun, dan saat ini merupakan penyakit kanker paling mematikan nomor tiga di dunia pada wanita setelah kanker payudara dan paru – paru.

Angka kejadian kanker serviks sangat bervariasi di seluruh dunia. Meskipun progam screening sudah dicanangkan namun sekitar 20 persen kejadian kanker serviks tidak terdeteksi, terutama adenokarsinoma serviks, yang lebih sulit untuk dideteksi melalui metode – metode screening yang telah ada. Di Indonesia, kanker serviks merupakan kanker yang paling umum menimpa wanita. Pada tahun 1991 sebanyak 28,66 % kanker yang diderita wanita Indonesia adalah kanker serviks. Frekwensi relatif di Indonesia adalah 27% berdasarkan data patologik. Secara keseluruhan mempunyai urutan ke – 5 berdasarkan data Pusat Patologi Indonesia dari 13.644 kasus mempunyai frekwensi tertinggi yaitu 27% atau 36% dari 10.233 kasus pada wanita. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kanker serviks di antaranya adalah kawin di usia muda, pendidikan, pekerjaan dan tingginya sering melahirkan. (FKUI Jakarta, 2000 dalam Kumpulan Karya Tulis  Kebidanan, 2011).

Sejak diperkenalkan pada pertengahan tahun 1930-an hingga sekarang, primadona pada pencegahan kanker serviks serta monitoring lesi pra kanker adalah melalui tes Pap smear, yang kini umum ditemukan pada program – program screening. Negara – negara yang memiliki program screening yang sudah maju menemukan bahwa angka kejadian kanker serviks menurun. Meskipun terjadi penurunan, kasus kanker serviks terus terjadi (Supyandi&Hartoyo,2008).

Ketua Yayasan Kanker Indonesia Nyonya Umar Wira Hadi Kusuma mengatakan, deteksi kanker sesegera mungkin merupakan solusi terbaik untuk mencegah penyakit kanker menjalar dan meluas dalam tubuh. Metode pap merupakan salah satu tindakan awal untuk mencegah kanker leher rahim  bagi kaum hawa. Selain  Pap Smear deteksi dini dapat dilakukan dengan cara Pap Net, Thin Prep dan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) yaitu pemeriksaan dengan asam asetat 4%. Di Indonesia sendiri, faktor keterlambatan diagnosis dan mahalnya obat serta biaya perawatan merupakan kendala utama penanganan penyakit kanker (Kusumaningsih, 2009; Supyandi & Hartoyo,2008).

Penelitian berjudul Wanita Dan Deteksi Dini Kanker Serviks ini beranjak dari konteks permasalahan sebagaimana digambarkan di atas. Adalah kenyataan yang patut disayangkan bahwa meskipun telah dipahami angka terjangkitnya kanker serviks ini pada kaum wanita dewasa di Indonesia cukup tinggi, namun kesadaran untuk melakukan upaya pemeriksaan sebagai deteksi dini kanker serviks ternyata masih rendah.  Untuk mengetahui faktor apakah yang kemungkinan menjadi penyebab rendahnya seorang wanita di dalam melakukan deteksi dini kanker serviks ini akan ditelaah dengan teori intensi sebagaimana dikemukakan oleh Fishbein dan Ajzen (1975); Ajzen ( 1988; 1991)

Teori intensi mengungkapkan bahwa perilaku individu dapat ditengarai melalui indikator intensional di mana indikator ini dapat dilihat dari aspek-aspek manusia sebagai individu yang khas, manusia sebagai makhluk sosial dan faktor situasional dalam konteks perilaku tersebut. Dalam bingkai studi komunikasi kesehatan, fenomena perilaku kesehatan individu khususnya bila dilihat sebagai variabel yang tidak terlepas dari interaksi dengan dunia di sekitarnya merupakan sesuatu yang menarik. Termasuk dalam kaitan ini adalah fenomena kesadaran individu wanita untuk melakukan pemeriksaan / deteksi dini kanker serviks. Bagaimana dimensi sikap wanita dewasa atas keyakinannya (akan perlu tidaknya deteksi dini) akan berinteraksi dengan subjektivitas situasional yang khas, akan menentukan pilihan untuk melakukan atau tidak melakukan deteksi dini tersebut.

Studi ini membatasi sasarannya pada wanita dewasa usia 30-50 tahun karena dalam usia tersebut justru merupakan usia di mana terjadi kerawanan terjangkitnya kanker serviks seperti dikemukakan oleh dokter spesialis kandungan, dr Masdulhaq SpOG (Harian SumutPos.com tanggal 13 Desember 2009) bahwa resiko akan semakin meningkat dengan bertambahnya usia dan menyentuh kehidupan wanita pada saat-saat terpenting dalam hidupnya yaitu antara usia 30-50 tahun.

Kajian dengan mengambil lokasi di Banyumas berdasarkan pertimbangan bahwa ternyata di Banyumas, kasus penderita kanker leher rahim (KLH) termasuk tinggi, seperti diungkapkan oleh Wakil Direktur Rumah Sakit Margono Soekarjo (RSMS) dr. H. Daliman , Sp. OG  ” Dari seratus pasien yang masuk ke salah satu rumah sakit di Yogyakarta, 50% berasal dari Banyumas.” (Radar  Banyumas 17/02/2009)

Berdasar latar belakang tersebut maka dalam penelitian ini selanjutnya dirumuskan pokok permasalahan sebagai berikut:

(1) Seberapa besar intensi wanita dewasa di Kabupaten Banyumas dalam melakukan deteksi dini kanker serviks?  (2) Apakah ada hubungan antara sikap dan norma subjektif dengan wanita dewasa di Kabupaten Banyumas dalam melakukan deteksi dini kanker serviks baik secara mandiri maupun secara bersama-sama? (3) Di antara dua variabel prediktor intensi ( sikap dan norma subjektif ), variabel manakah yang paling berpengaruh terhadap intensi wanita dewasa di Kabupaten  Banyumas dalam melakukan deteksi dini kanker serviks

  1. Kerangka Teori

1. Teori Intensi atau Teori Perilaku Terencana

Icek Ajzen dan Martin Fishbein mengemukakan Teori Tindakan Beralasan (theory of reasoned action) (Ajzen and Fisbein, 1988) yang mengatakan bahwa sikap memengaruhi perilaku lewat suatu proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan dan dampaknya terbatas hanya pada tiga hal; Pertama, perilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap umum tapi oleh sikap yang spesifik terhadap sesuatu. Kedua, perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh sikap tapi juga oleh norma-norma objektif (subjective norms) yaitu keyakinan kita mengenai apa yang orang lain inginkan agar kita perbuat. Ketiga, sikap terhadap suatu perilaku bersama norma – norma subjektif membentuk suatu intensi atau niat berperilaku tertentu.

Teori perilaku beralasan diperluas dan dimodifikasi oleh Ajzen (1988) dan dinamai Teori Perilaku Terencana (theory of planned behavior). Inti teori ini mencakup 3 hal yaitu;  yaitu keyakinan tentang kemungkinan hasil dan evaluasi dari perilaku tersebut (behavioral beliefs), keyakinan tentang norma yang diharapkan dan motivasi untuk memenuhi harapan tersebut (normative beliefs), serta keyakinan tentang adanya faktor yang dapat mendukung atau menghalangi perilaku dan kesadaran akan kekuatan faktor tersebut (control beliefs).

Behavioral beliefs menghasilkan sikap suka atau tidak suka berdasarkan perilaku individu tersebut. Normative beliefs menghasilkan kesadaran akan tekanan dari lingkungan sosial atau norma subyektif, sedangkan control beliefs menimbulkan kontrol terhadap perilaku tersebut. Dalam perpaduannya, ketiga faktor tersebut menghasilkan intensi perilaku (behavior intention). Secara umum, apabila sikap dan norma subyektif menunjuk ke arah positif serta semakin kuat kontrol yang dimiliki maka akan lebih besar kemungkinan seseorang akan cenderung melakukan perilaku tersebut.

Tahapan intervensi tingkah laku berdasarkan Theory of Planned Behavior (TPB) secara singkat dapat dilihat pada Gambar dibawah ini yang merupakan hipotesis atau variabel laten. Variabel – variabel tersebut tidak dapat langsung diperoleh tetapi melalui tanggapan atau respon yang terlihat dan dapat diteliti.

Jadi teori ini mengasumsikan bahwa besarnya pengaruh sikap terhadap tingkah laku tertentu (attitude toward behavior) dan norma subjektif individu akan memengaruhi pula besarnya intensi seseorang untuk menampilkan tingkah laku tersebut.

Fishbein dan Azjen (1975) memberikan rumus tentang intensi sebagai berikut:

B – I = ( Ab ) w1 + (SN ) w2

B= perilaku/behaviour

I = besarnya intensi untuk menampilkan tingkah laku

Ab = Sikap individu terhadap tingkah laku

SN = Norma Subjektif

w1 dan w2 = besaran koefisien regresi yang terstandartisasi

2. Faktor Penentu Intensi

2.1. Sikap

Sikap didefinisikan sebagai posisi seseorang pada suatu dimensi afektif atau dimensi bipolar terhadap suatu objek, tindakan atau kejadian serta predisposisi yang dipelajari untuk bertindak atau merespon secara konsisten dan mengevaluasi secara positif (favorable) dan secara negatif (unfavorable) terhadap objek atau kategori tertentu ( Fishbein & Ajzen, 1975 ). Menurut Fishbein dan Ajzen faktor penting yang menjadi penentu sikap adalah keyakinan ( belief ) dan persepsi individu mengenai konsekuensi-konsekuensi jika menampilkan tingkah laku tertentu dan evaluasi individu terhadap konsekuensi tersebut. Jadi sikap individu terhadap objek dapat diukur melalui belief-nya, dan ketika belief terhadap objek terbentuk, maka secara otomatis individu tersebut akan memiliki sikap tertentu terhadap objek tersebut.

Belief adalah subjektivitas individu terhadap suatu objek yang mewakili informasi yang dimiliki seseorang terhadap suatu objek yang diprolehnya melalui pengalaman/obervasi langsung, pengetahuan dari orang lain, maupun proses penyimpulan atas belief-belief yang ia miliki sebelumnya. Objek belief ini dapat orang, kelompok, lembaga, tingkah laku, kebijakan politik dan lain sebagainya.

Melalui identifikasi belief, akan dapat terprediksikan sikap individu secara lebih akurat dan cara yang dapat dilakukan untuk mengidentifikasikannya adalah dengan menggali respon bebas (elisitasi) pada individu  mengenai berbagai karakteristik, kualitas, atribut dari objek ataupun konsekuensi dalam melakukan tingkah laku tertentu. Konsekuensi ini dapat berupa resiko atau hasil/ reward yang akan ia terima jika individu melakukan tingkah laku tersebut.

2.2.Norma Subjektif

Norma subjektif merupakan variabel kedua yang dapat memengaruhi intensi. Norma subjektif ini didefinisikan sebagai persepsi seseorang mengenai harapan ‘significant others’-nya untuk melakukan suatu tingkah laku tertentu. (Fishbein & Azjen, 1975). Norma subjektif ini dipengaruhi oleh dua faktor,  yaitu :

1. Bagaimana persepsi individu mengenai significant others pada dirinya bila ia melakukan atau tidak melakukan suatu tingkah laku tertentu, dan

2. Motivasi individu untuk memenuhi harapan tersebut. Motivasi ini antara lain dipengaruhi oleh karakteristik kepribadian tertentu, seperti kebutuhan untuk diterima atau afiliasi harga diri individu.

Berdasarkan landasan teori yang dikemukakan di depan maka peneliti membatasi penelitian ini dengan kerangka pemikiran sebagai berikut:

 

BAGAN/GAMBAR TIDAK DAPAT DITAMPILKAN

 

Dikemukakan rumusan hipotesis dalam penelitian sebagai berikut:

Hipotesis

Ho : Tidak ada hubungan antara norma subjektif dan sikap secara bersama-sama dengan intensi.

H1 : Ada hubungan antara norma subjektif dan sikap secara bersama-sama dengan intensi.

  1. Metodologi

Jenis penelitian ini adalah penelitian  survai dengan metode yang digunakan adalah metode korelasional, yakni pendekatan kuantitatif dalam rangka mencari penjelasan atas hubungan antara variabel dalam penelitian. Penelitian dilakukan di wilayah Kabupaten Banyumas, tepatnya adalah di Ibukota Kabupaten Banyumas yaitu Purwokerto. Subjek penelitian atau populasi dalam penelitian ini adalah semua wanita dewasa berumur 30 – 50 tahun di Banyumas lebih tepatnya yang berada di Ibukota Kabupaten yaitu di Purwokerto. Sedangkan sampel diambil dari wanita dewasa berumur 30-50 yang berkedudukan di wilayah Kecamatan Purwokerto Barat, Purwokerto Utara, Purwokerto Selatan dan Kecamatan  Sumbang. Dengan perkiraan jumlah populasi adalah sekitar 7476 (data Banyumas Dalam Angka 2005 ) orang maka pengambilan sampel 400 orang sudah sangat memadai karena  berdasarkan tabel ukuran sampel untuk jumlah populasi terbatas Taro Yamane (1967) dengan ditentukan selang kepercayaan 95% maka diperoleh sampel sebanyak 381 sebagai jumlah yang memadai.Teknik sampling yang  digunakan di sini adalah Quota  Sampling. Teknik sampling ini dilakukan tidak mendasarkan diri pada strata atau daerah, tetapi mendasarkan diri pada jumlah yang sudah ditentukan ( Arikunto,2002:119).

Variabel yang diamati : variabel terikat yaitu  intensi wanita untuk memutuskan melakukan tindakan deteksi dini kanker serviks (Y); sedangkan variabel bebas meliputi : (1) Sikap wanita terhadap perilaku memutuskan tindakan deteksi dini kanker serviks ( X1)dan (2) Norma subjektif wanita terhadap perilaku memutuskan tindakan deteksi dini kanker serviks (X2)

Metode pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Alternatif penilaian disusun berdasarkan skala unipolar dengan 7 ( tujuh ) gradasi.Analisis data dilakukan dengan menggunakan rumus statistik yang sesuai dengan yang ingin diketahui dalam penelitian ini yakni : (a) untuk mengetahui gambaran umum subjek akan disajikan dalam bentuk prosentase; (b) untuk membuktikan hipotesis digunakan metode analisis regresi ganda (multiple regression analysis) hal ini disebabkan sifat hubungan antara variabel dalam penelitian ini adalah hubungan antara dua variabel bebas dengan satu variabel terikat.

4. Hasil dan Pembahasan

  1. Karakteristik responden berdasarkan usia

Berdasarkan kategori usia , responden dapat dikelompokkan sebagai berikut :

Tabel 1. Karekteristik responden berdasarkan usia

Kategori Usia

Jumlah

%

30 – 40 tahun

257

64,42

40 – 50 tahun

142

35,58

Total

399

100

Sumber : Data Primer

  1. Karakteristik responden berdasarkan latar belakang pendidikan

Tabel 2. Karekteristik responden berdasarkan latar belakang pendidikan

Tingkat Pendidikan

Jumlah

%

Tamat SD

33

8,2

Tamat SLTP

204

51

Tamat SMA

102

25,5

Sarjana  (S1)

55

13,75

Pasca Sarjana (S2)

5

1,25

Total

399

100

Sumber : Data Primer

Tabel di atas memberi gambaran mengenai latar belakang responden di mana mayoritas responden berpendidikan SLTP yakni 204 orang (51%) disusul yang berpendidikan SMA sejumlah 102 (25,5%). Sementara yang berpendidikan sarjana sebanyak 55 orang (13,75%) dan yang sudah pascasarjana sebanyak 5 orang. Sisanya sebanyak 33 (8,2%) orang adalah lulusan Sekolah Dasar.

  1. Karakteristik responden berdasarkan lapangan pekerjaan

Tabel 3. Karekteristik responden berdasarkan lapangan pekerjaan

Pekerjaan

Jumlah

%

Ibu rumah tangga

313

78

Swasta

39

9,75

PNS

47

11,75

Total

399

100

Sumber : Data Primer

Data menunjukkan bahwa responden sebagian besar berlatar belakang sebagai ibu rumah tangga sejumlah 313 orang (78%) disusul profesi sebagai  PNS sejumlah sebanyak 47 orang (11,75 %) dan karyawan swasta sebesar 39 orang (9,75 %)

  1. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Hasil uji reliabilitas dan validitas pada instrumen menunjukkan dengan nilai koreksi total antar item masing-masing butir > 0,2 dan besaran alpha cronbach yang > 0,7, maka seluruh item yang digunakan dalam instrumen penelitian ini dapat dinyatakan secara sahih dan dapat dipertanggungjawabkan sebagai alat ukur yang tepat dalam memahami intensi.

  1. Intensi wanita dewasa di Kabupaten Banyumas dalam melakukan deteksi dini kanker serviks.

Tabel 4. Nilai Mean untuk masing-masing variabel.

  Mean Std. Deviation

N

Y 6,1880 1,08311 399
Y

x1

     6,1927 ,74360 399
x2     6,1159 ,94171 399

Sumber : data primer diolah

Berdasarkan olah data deskriptif diketahui bahwa rata-rata untuk nilai Intensi adalah 6,18 (dalam skala 7) yang berarti ada kecenderungan responden memiliki intensi untuk melakukan pemerikasaan deteksi dini kanker serviks.

  1. Korelasi antara sikap (x1) dan norma subjektif (x2) dengan Intensi (y) melakukan deteksi dini kanker serviks

Tabel 5. Korelasi Antar  Variabel

 

Y

x1

x2

Pearson Correlation Y 1,000

     ,486

,788

  x1 ,486

1,000

,542

  x2 ,788

    ,542

1,000

Sig. (1-tailed) Y

.

    ,000

,000

  x1 ,000

.

,000

  x2 ,000

,000

.

N Y 399

399

399

  x1 399

399

399

  x2 399

399

399

Sumber: data Primer Diolah

Dari tabel di atas tampak bahwa taraf signifikansi antara variabel X1 (Sikap ) dengan intensi dalam statistik terlihat 0,486 sedangkan korelasi antara variabel X2 ( norma subjektif )  dengan intensi adalah 0,788. Berpedoman pada koefisien korelasi Guilford (dalam Rakhmat, 1991: 29) dijelaskan untuk 0,40 – 0,70 berarti hubungan cukup berarti. Sedangkan pada interval 0,70 – 0,90 berarti hubungan yang tinggi kuat. Dengan demikian, hasil penelitian ini menunjukkan korelasi antara variabel X1 dengan Y adalah cukup berarti sedangkan korelasi yang tinggi kuat terjadi antara variabel X2 dengan Y.

Dengan data ini maka hipotesis nol (H-0) yang dikemukakan dalam penelitian ini yakni : Tidak ada hubungan antara norma subjektif dan sikap secara bersama-sama dengan intensi ditolak. Atau dapat dikatakan terdapat korelasi antara sikap dan norma subjektif dengan intensi memeriksakan deteksi kanker serviks.

  1. Peramalan Pengaruh Sikap dan Norma Subjektif dengan Intensi melakukan deteksi dini kanker serviks

Tabel 6. Peramalan Pengaruh Sikap dan Norma Subjektif dengan Intensi

R

R2

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

0,792

0,627

0,625

0,66359

Sumber: data Primer Diolah

Nilai adjusted R Square dalam tabel terlihat 0,625. Ini berarti 62,5  % naik turunnya intensi wanita dalam melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks dapat dijelaskan dengan teori ini ( variabel sikap dan norma subjektif  secara bersama-sama ) sedangkan sisanya 37,5 % tidak dijelaskan oleh teori ini.

  1. Kontribusi Sikap dan Norma Subjektif dengan Intensi wanita dalam memeriksakan deteksi dini kanker serviks.

Tabel 7. Kontribusi Sikap dan Norma Subjektif terhadap Intensi

Model   Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t

Sig.

95% Confidence Interval for B

   

B

Std. Error

Beta

Lower Bound Upper Bound
1 (Constant)

,28

,290

,716

           ,474

-,362

     ,777
  x1

,121

,053

,083

,283       ,023       ,017       ,226
  x2

,855

         ,042

,743

0,339            ,000       ,772       ,937

Sumber: data Primer Diolah

 

Dalam tabel tampak nilai x1 adalah 0,121 atau (12,1 %) sedangkan nilai x2 adalah 0,855 atau ( 85,5 %). X1 dalam hal ini adalah variabel internal yang memengaruhi intensi wanita dewasa dalam memeriksakan deteksi dini. Sedangkan X2 adalah variabel eksternal.

  1. Diskusi

Berdasarkan data yang kita peroleh menunjukkan bahwa responden ternyata memiliki intensi untuk memeriksakan kanker serviks dini cukup besar yakni berada pada posisi  6,18 ( dalam skala 7 ).

Dalam studi yang menggunakan teori intensi ini kita hendak mengetahui: Pertama, perilaku yang tidak ditentukan oleh sikap umum tapi oleh sikap yang spesifik terhadap sesuatu. Kedua, perilaku yang dipengaruhi tidak hanya oleh sikap tapi juga oleh norma-norma subjektif (subjective norms) yaitu keyakinan kita mengenai apa yang orang lain inginkan agar kita perbuat. Ketiga, sikap terhadap suatu perilaku bersama norma – norma subjektif membentuk suatu intensi atau niat berperilaku tertentu.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai adjusted R Square dalam tabel sebesar 0,625. Ini berarti 62,5% naik turunnya intensi wanita dalam melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks dapat dijelaskan dengan teori ini (variabel sikap dan norma subjektif  secara bersama-sama ) sedangkan sisanya 37,5 % tidak dijelaskan oleh teori ini. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian lain yang dilakukan oleh Susanti (2002) ketika dia melakukan studi mengenai faktor-faktor yang memengaruhi keterlambatan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks. Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa variabel-variabel yang berhubungan secara statistik dengan keterlambatan pasien kanker serviks memeriksakan diri adalah pengetahuan, sikap, ketersediaan pelayanan Pap Smear dan dorongan suami. Bila dibandingkan dengan hasil yang peneliti lakukan maka sikap terdefinisikan sebagai variabel internal dan dorongan suami termasuk variabel eksternal.

Selanjutnya, bila dilihat dari masing-masing prediktor dalam melakukan deteksi dini tampak bahwa  nilai x1 adalah 0,121 atau (12,1 %) sedangkan nilai x2 adalah 0,855 atau ( 85,5 %). Ini berarti bahwa pengaruh variabel internal yakni sikap responden terhadap deteksi dini kanker serviks serta penilaian akan penting tidaknya melakukan deteksi dini  ternyata tidak sebesar dibanding pengaruh variabel eksternalnya yakni keinginan responden untuk memenuhi harapan atau dorongan dari orang-orang berarti di sekelilingnya agar memeriksakan diri kanker serviks. Variabel eksternal tidak lain adalah pengaruh significan others  dalam diri responden. Mereka adalah suami, orang tua, saudara dan sahabat. Mereka dipersepsi oleh responden memberi dorongan untuk memeriksakan deteksi kanker serviks, dan responden dalam data mengesankan ingin memenuhi harapan orang-orang berarti di sekelilingnya itu.

Dengan memerhatikan variabel X2 lebih besar dari X1, maka salah satu implikasi dari perspektif komunikasi adalah mengampanyekan kegiatan promosi melalui penyadaran lingkungan orang-orang terdekat. Mereka adalah kelompok orang-orang berarti dalam kehidupan para wanita usia produktif yang potensial terkena kanker serviks, karena ternyata kehadiran dan dorongan mereka memberi kontribusi yang lebih besar bagi wanita untuk sampai pada niatan melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks.

Program kampanye diarahkan pada pembentukan kesadaran implikasi yang terjadi berupa potensi kerugian keluarga manakala ibu/istri mengalami kanker serviks. Lingkungan terdekat harus dikondisikan untuk menghayati bahaya yang terjadi sehingga akan senantiasa mengingatkan ibu/istri untuk segera melakukan deteksi dini serviks.

  1. Simpulan
  1. Intensi untuk melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks di kalangan responden cenderung tinggi yakni pada posisi 6,18 (dalam skala 7)
  2. Dua prediktor yakni sikap dan norma subjektif secara bersama-sama terbukti memengaruhi variabel intensi pemeriksaan deteksi dini kanker serviks, dimana 62,5%  naik turunnya intensi tersebut dapat dijelaskan dengan teori intensi ini, sedangkan 37,5% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan dalam teori ini.
  3. Variabel eksternal yakni norma subjektif lebih besar pengaruhnya dibanding variabel internal yakni sikap dalam menentukan intensi pemeriksaan deteksi dini kanker serviks

6. Saran/Implikasi

  1. Memerhatikan bahwa variabel eksternal yakni norma subjektif ternyata lebih berpengaruh di dalam menentukan intensi pemeriksaan deteksi dini kanker serviks maka ke depan perlu dipertimbangkan model kegiatan promosi melalui penyadaran lingkungan orang-orang terdekat (significant others).
  2. Program kampanye diarahkan pada pembentukan kesadaran implikasi yang terjadi berupa potensi kerugian keluarga manakala ibu/istri mengalami kanker serviks. Lingkungan terdekat dengan demikian dikondisikan untuk menghayati bahaya yang terjadi sehingga akan senantiasa mengingatkan ibu/istri untuk segera melakukan deteksi dini serviks.

 

DAFTAR PUSTAKA

Ajzen, Icek., 1988. Attitudes, Personality & Behaviour. Open University Press : Buckingham.

Azjen, Icek &  Fishbein, M.,1975. Understanding Attitudes and Predicting Social Behavior. Englewood Cliffs. Prentice-Hall.

Ajzen, Icek.,1988. Attitudes, Personality and Behavior. Milton Keynes: OUP.

Ajzen, Icek. 1991. The Theory of Planned Behavior. Organizational Behavior and Human Decision Processes. Englewood Cliffs.Prentice- Hall.

Ajzen, Icek 2006. Changing the behavior of people. Explanation of Theory of Planned Behavior. Journal 12 Manage The Executive Fast Track. Dalam www.12manage.com.

Arikunto,Suharsimi. 2002.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Penerbit Rineka Cipta : Jakarta.

Banyumas Dalam Angka. 2005. Dalam http://bappeda-banyumaskab.net/index.php?option=com_docman&task=cat_view&gid=62&limit=5&limitstart=0&order=hits&dir=ASC&Itemid=111

Detekesi Kanker Serviks . Dalam <<http://www.indosiar.com/fokus/69472/deteksi-dini-kanker-depkes-perkenalkan-alat-baru>>

FKUI Jakarta, 2000 dalam Kumpulan Karya Tulis  Kebidanan, 2011.

Harian SumutPos.com tanggal 13 Desember 2009

Moedjiono, Atika Walujani, 2010.”Perlu Kemauan Politik untuk Atasi Epidemi” Dalam Harian KOMPAS. 15 Januari 2010. Hal. 45.

Rakhmat, Jalaludddin. 1991. Metode Penelitian Komunikasi Dilengkapi contoh analisis statistik. Remaja Rosdakarya. Bandung

Supyandi, Yadi & Hartoyo, Novi, 2008. Ibu Negara Dukung Penanggulangan Kanker Leher Rahim. Dalam <<http://www.indosiar.com/fokus/69472/ibu-negara-dukung-penanggulangan-kanker>>  diakses 13 januari 2010

Susanti, Ni Nengah 2002 Analisis keterlambatan pasien kanker serviks dalam memeriksakan diri di rumah sakit umum pusat nasional Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Thesis. Dalam http://digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/ (26 September 2011)

Tiga Kanker Rahim Yang Ditakuti.Dalam<<  http://www.indosiar.com/fokus/69472/tiga-kanker-rahim-yang-ditakuti>&gt;

Tinggi, Penderita Kanker Leher Rahim di Banyumas , Radar  Banyumas 17/02/2009

Yamane, Taro, 1967. Elementary Sampling Theory. Englewood Cliffs. Prentice Hall.

 

 

 

 

 

~ oleh Tri Nugroho Adi pada 23 November 2011.

Tinggalkan komentar