Semiologi Komunikasi

Apa yang dimaksud semiologi komunikasi?

Semiologi berasal dari kata semeiotics (Yunani: σηµειωτικός, semeio-tikos), artinya an interpreter of signs.  Jadi, semiologi adalah ilmu tentang tafsir tanda, termasuk sistem tanda.

Definisi ini membuat aplikasi semiologi sangat luas, bisa digunakan berbagai bidang keilmuan, karena semiologi adalah metoda tafsir untuk seluruh tanda yang diproduksi oleh manusia.

Semiologi berkembang menjadi ilmu untuk menafsirkan berbagai hal berhubungan dengan tanda-tanda, termasuk berguna bagi analisis kritik ideologi, seperti yang diungkapkan Roland Barthes “semiologi sebagai metode dasar kritik ideologi,” (semiologie comme la methode fundamentale de la critique ideologique).

Semiologi dapat dipakai untuk membahas fokus persoalan (problematik) komunikasi dengan dititikberatkan pada tafsir tanda pada pertukaran pesan yang diproduksi oleh partisipan komunikasi dalam suatu proses komunikasi, “the semiotic model helps to explain how communication works as an interactive process” (Happy Fun Communication Land, 2001).

Dengan kata lain, semiologi komunikasi sebagai metoda tafsir ditujukan untuk menginterpretasikan pesan dalam tindak komunikasi. Artinya, ketika terjadi proses interaksi, maka di sana terjadi pertukaran tanda-tanda (pesan) antar partisipan komunikasi.

Proses decoding dan encoding dalam proses komunikasi tidak selamanya berjalan lancar.  Beberapa pemaknaan pesan yang menyimpang dapat menjadi pemicu masalah atau menimbulkan per-soalan. Tugas peneliti memberikan tafsir-tafsir penyebab penyimpangan makna oleh partisipan komunikasi. Pesan komunikasi juga tidak mudah dimengerti, unik dan mengandung maksud tersembunyi (misterius).

Mural dan grafiti, gerak tari sering menimbulkan pemaknaan yang menyimpang karena pesan dibangun lewat tanda-tanda yang sangat unik dan khusus. Tugas peneliti menguak misteri pesan dari para artis, grafitis dan muralis.

Komunikasi adalah pertukaran simbol (sharing of symbol). Jadi, setiap problematik komunikasi di sana ada problematik simbol.

Semiologi komunikasi dibutuhkan karena memang dijadikan metoda untuk memecahkan problematik komunikasi dimaksud.

Oleh karena itulah, bagi mahasiswa yang ingin menggunakan metoda analisis semiologi, pertama-tama yang wajib dilakukan adalah merumuskan problematik komunikasi.

Apakah iklan, sinetron, film layar lebar, acara talkshow, poster, tari-tarian, lirik lagu-lagu bisa dianalisis dengan semiologi komunikasi?

Jangan tergesa-gesa mengatakan bisa. Ini sangat tergantung dari persoalan yang diajukan. Apabila itu persoalan komunikasi maka anda bisa meneruskan bekerja. Misalnya, materi pesan dalam proses komunikasi menimbulkan multi-interpretasi sehingga menimbulkan masalah, mis-komunikasi dan kesalahpahaman. Apabila anda telah menemukan dan merumuskan masalah komunikasi secara jelas, barulah anda menggunakan analisis semiologi komunikasi.

Sebaliknya apabila “komunikasi tidak bermasalah” tidak ada pesan yang dipersoalkan dalam proses komunikasi, sebaiknya anda menghindari

Tipe masalah dalam komunikasi dijelaskan oleh Donald Carbaugh antara lain:

1). persoalan menyangkut shared identity (identitas bersama) yang dibangun oleh intensitas dan proses komunikasi dalam sebuah komunitas kebudayaan.

2). Persoalan menyangkut shared meanings, (pemaknaan yang sama) terutama termanifestasi dalam kehidupan publik yang dibangun karena adanya komunikasi antar warga di tengah dinamika kebudayaan.

3). Persoalan menyangkut kontradiksi atau paradoks dalam kelompok itu yang mempengaruhi pola dan bentuk-bentuk komunikasi. Di sini peran komunikasi menjadi persoalan, terutama sejauhmana komunikasi bisa mengatasi kontradiksi dan paradoks sehingga bisa menemukan hidup dan perasaan kebersamaan (vivre d’etre ensemble) (Littlejohn & Gray, 1996, p. 215-6).

Ada beberapa problem komunikasi yang terjadi dalam komunitas kehidupan kita, antara lain terdapat pada ranah-ranah komunikasi sebagai berikut:

1. Problem komunikasi dalam kehidupan sosial dan budaya, yang terang-kum dalam ranah komunikasi antar budaya dan komunikasi sosial (etno-grafi komunikasi).

2. Problem komunikasi dalam kehidupan politik, yang terangkum dalam ra-nah komunikasi politik.

3. Problem komunikasi dalam kehidupan informasi dan hiburan, yang ter-rangkum dalam ranah komunikasi massa.

Posisi semiologi komunikasi memainkan peran penting sebagai metode tafsir terhadap pesan. Semiologi komunikasi dibutuhkan karena dipercaya mampu memecahkan masalah komunikasi yang muncul akibat keberlangsungan tindak komunikasi:

Pertama, peranan semiologi komunikasi pada ranah komunikasi poli-tik, ditujukan untuk menganalisis secara obyektif makna pesan-pesan politik dari penguasa terhadap yang dikuasai dan sebaliknya.

Kedua, pada ranah komunikasi sosial dan antar budaya (etnografi komunikasi), semiologi komu-nikasi ditujukan untuk menjembatani konflik makna, menafsirkan secara ob-yektif perbedaan-perbedaan penafsiran pesan komunikasi yang dipertukar-kan.

Ketiga, pada ranah komunikasi massa, semiologi komunikasi dibutuhkan menganalis kualitas isi pesan media dan isi media yang dianggap bermasalah, oleh berbagai pihak. Semua tafsir semiologi komunikasi harus dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah (obyektif).

Metodologi

Tahapan pertama: merumuskan problematik komunikasi. Berisi tentang alasan individual dan intelektual dalam pemilihan subyek kajian. Menentukan tujuan yang jelas dan menguraikan latar belakang problematik komunikasi dan merumuskannya. Lalu, menyusun outline atau garis besar tahapan pembahasan yang berisi tentang sistematika (urutan) tentang cara menjawab atau menyusun penyelesaian problematik itu.

Tahapan kedua: menyusun kerangka teoritis agar memudahkan (membimbing) peneliti untuk mencapai analisis dengan derajat ilmiah yang memadai.

Tahapan ketiga: metode pengumpulan korpus dan pendiskripsian (pemaknaan), serta mengemukakan bagaimana metode analisis semiologi komunikasi digunakan dan memberi alasan pertanggungjawaban secara ilmiah. Perlu juga disampaikan bagaimana anda membangun kesimpulan.

Apa itu korpus?

“Korpus” adalah data utama yang digunakan sebagai sumber analisis. Korpus adalah data “wajib dimiliki” untuk penggunaan analisis semiologi komunikasi. Korpus adalah bahan utama, yang dikumpulkan tanpa melibatkan observasi, wawancara, survey dan focus group discussion. Dalam bentuknya korpus adalah data keras (mis:artikel, puisi, drama, buku sejarah, memoir, pidato, surat-surat, lukisan, gravity, mural, lagu, wayang, dll. )

Contoh karya penelitian Roland Barthes ketika menulis The Fashion System, korpus yang dipilih adalah tulisan-tulisan tentang busana dalam ma-jalah mode, seperti majalah wanita Elle (“Dia”, wanita) dan Le Jardin des Mo-des (Taman Mode). Sebagai interteks ia mengambil majalah mode yang lain seperti Vogue dan L’Echo de la Mode (Kurniawan, 2001, p. 173).

Untuk menyusun argumentasi yang lebih dalam dan obyektif sangat dibutuhkan “korpus pembanding,” yang digunakan sebagai teks pemban-ding, atau Julia Kristiva menyebut sebagai intertekstual.

Korpus pembanding ini dapat berupa tulisan atau dalam bentuk lain seperti karikatur, atau audio seperti rekaman wayang kulit, pidato, wawancara, lagu, serta audio-visual seperti film, rekaman sinetron.

Jadi korpus pembanding adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pengungkapan makna terhadap pesan yang tengah dianalisis.

Bagaimana Menafsirkan Pesan?

Untuk menguji terhadap pesan komunikasi yang problematis, dapat digunakan 9 kaidah sebagai alat uji (Purwasito,2007:80-81). Hasil uji adalah argumentasi- argumentasi. Jadi, menguji pesan berarti membangun argumentasi untuk menyusun pemaknaan paling tidak mendekati kebenaran makna. ( Pandangan ini harus disertai catatan bahwa peneliti harus sadar bahwa tidak pernah ada interpretasi pesan yang definitif.

Apa saja 9 kaidah (formula) pengujian dimaksud?

Formula 1: menguji pesan secara denotatif yaitu menguji berdasarkan konvensi masyarakat (common sense). Caranya, ujilah dengan konteks sosial dan budaya dimana pesan itu dibangun.

Formula 2: menguji pesan secara konotatif yaitu pengujian lewat motiv dan latar belakang ideologi komunikator.

Formula 3 : menguji pesan secara kontekstual yaitu pengujian konteks fisik setempat dan konteks waktu dimana tanda itu digunakan.

Formula 4: menguji pesan secara struktural, yaitu menguji pesan dengan menghubungkannya keterkaitan dengan pesan yang di dekatnya.

Formula 5: menguji pesan secara fungsional, caranya melihat fungsi pesan-pesan yang digunakan oleh partisipan komunikasi.

Formula 6: menguji pesan secara intertekstual yaitu dengan  cara membandingkan pesan pada fakta yang sama pada peristiwa yang berbeda.

Formula 7: menguji pesan secara intersubyektif, caranya adalah mengambil penafsiran atas pesan tersebut dari penafsir lain yang digunakan untuk peristiwa yang berbeda.

Formula 8: menguji pesan dengan cara meminta pendapat dari penafsir lain yang dianggap berkompenten dalam bidang yang berkaitan dengan pesan itu.

Formula 9: menguji pesan secara subyektif yaitu melakukan tafsir intuitif oleh peneliti sendiri dengan mendasarkan pada pengalaman intelektual, keyakinan dan pengembaraan ilmiahnya.

 

~ oleh Tri Nugroho Adi pada 17 November 2011.

Tinggalkan komentar